Merdeka ! Merdeka ! Merdeka ! Itulah ucapan yang
pertama kali kita dengar menjelang Dirgahayu RI dirayakan. Tentunya kita
sendiri bisa mengetahui apa arti kata “Merdeka” dan apa tujuan akhir dari kata
tersebut. Merdeka berarti bebas, bebas disini diartikan bebas dari penjajahan,
sesuai dengan Pembukaan UUD 1945 alenia pertama, “Bahwa sesungguhnya
kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan di
atas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan prikemanusiaan dan
prikeadilan”. Tujuan akhir dari kata merdeka bagi bangsa Indonesia sendiri,
yaitu ingin menjadi bangsa yang dapat meguasai segala kehidupan negaranya
sendiri tanpa turut campur dari para penjajah.
Pada detik-detik ini,
enam puluh tujuh tahun yang lalu, bangsa Indonesia memproklamirkan
kemerdekaannya dari penjajahan oleh bangsa asing. Kemerdekaan yang diperoleh
dengan perjuangan berdarah, oleh para pahlawan sjuhada bangsa. Oleh karena itu,
sungguh layak dan patut kiranya bagi kita semua bangsa Indonesia untuk memanjatkan
puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena hanya dengan berkah dan
rahmat-NYA-lah kita akhirnya bisa mencapai kemerdekaan. Dengan kemerdekaan
tersebut, hingga detik ini kehidupan bangsa kita tetap utuh, dan Negara
Kesatuan Republik Indonesia tetap berdiri tegak.
Kita tentu masih ingat peristiwa yang tidak akan
terlupakan oleh seluruh bangsa Indonesia yaitu tanggal 17 Agustus 1945.
Peristiwa ini merupakan tonggak kemerdekaan bangsa Indonesia dari belenggu
penjajah. Sejak itulah bangsa Inonesia merupakan bangsa yang bebas dari
penjajahan. Namun penjajah masih ingin menguasai negara kita. Oleh karena itu,
perjuangan bangsa kita pada saat itu belum selesai.
Kemerdekaan yang
diperjuangkan para pendahulu kita bukan kemerdekaan yang asal merdeka. Bukanlah
kemerdekaan yang tanpa konsep atau tanpa norma, apalagi tanpa hukum.
Kemerdekaan yang mereka perjuangkan adalah kemerdekaan yang melembaga,
kemerdekaan yang pada satu sisi memberi peluang setiap manusia untuk dapat
menikmati hak asasinya, tetapi pada sisi lain mengharuskan ditunaikannya
kewajiban warga negara, dipeliharanya kebersamaan, persatuan dan kesatuan, dan
ditegakkannya hukum. Kemerdekaan yang konsep, norma dan segala sesuatunya
dituangkan dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar tahun 1945, dan yang
sesungguhnya terpateri dengan indah dalam rumusan Pancasila.
Masa lalu pasti berbeda
dengan masa kini, begitu pula dengan dengan masa mendatang. Tak bijaksana
memang jika mempertentangkan kekurangan serta kelebihan yang ada pada suatu
masa dengan yang terjadi pada masa yang lain. Itu karena setiap masa pasti
memiliki corak dan warna yang khas. Namun merefleksikan kembali prinsip luhur
dan nilai-nilai kejuangan yang dahulu tertanam kuat dalam sanubari pejuang bagi
bangsa yang kini tengah terpuruk adalah suatu hal yang positif.
Kalau selama penjajahan
yang tiga setengah abad lamanya itu kita dihadapkan pada kekuatan senjata kaum
penjajah, yang kita hadapi sekarang bukanlah senjata, melainkan pikiran-pikiran
yang membuat kita tidak dapat bergerak secara merdeka, terlebih lagi kala
bangsa kita yang merayakan ulang tahunnya yang ke-68 (17-8-2013), benarkah
demikian? Mengapa? Bukankah kita negara yang sudah merdeka dan berdaulat penuh?
Memang, tetapi kalau kita berani melanggar pikiran-pikiran yang dominan atau
“main stream thoughts” dari masyarakat internasional, kita dianggap melakukan
pelanggaran kontrak, yang harus dihukum dengan diisolasinya Indonesia dari
masyarakat internasional. Beranikah kita menghadapi isolasi dengan segala
konsekwensinya? Musuh kita untuk meraih kembali kemandirian bangsa bukan hanya
aturan main yang ditentukan oleh lembaga-lembaga internasional, tetapi di dalam
Indonesia diperkuat oleh sekelompok elit intelektual bangsa Indonesia yang
besar pengaruhnya dalam pembentukan opini publik, betapapun tidak masuk akalnya
pikiran-pikiran mainstream yang menjelma menjadi aturan, konvensi, dogma dan
doktrin.
Kita tidak mungkin
memperoleh kembali kemandirian kalau kita tidak berani melakukan terobosan yang
inovatif dan kreatif. Inovasi dan kreativitas memang selalu harus menerobos
penghalang yang sudah menjadi aturan main, konvensi, dogma dan doktrin. Namun
untuk melakukan itu semuanya ada biayanya, ada resikonya dalam bentuk
kesengsaraan sementara. Ketika itu nanti terjadi, adalah para komprador dan
kroni bangsa kita sendiri yang menghujat dan menakut-nakuti melalui penguasaan
dan pengendalian pembentukan opini publik. Ini tidak mengherankan.
Sejenak marilah kita
berpikir tentang apa yang harus kita lakukan sebagai generasi muda untuk bangsa
ini, sudahkah kita melakukannya, serta apakah kita sudah memberikan yang
terbaik bagi Tanah Air kita? Hati nuranilah yang dapat menjawabnya, atau
mungkinkah ada diantara kita yang tidak pernah memikirkan nasib bangsa
Indonesia dalam era globalisasi ini? Kita terlalu terlena akan kesenangan dan
kenikmatan material yang kita rasakan saat ini, sementara di sisi lain banyak
diantara kita yang nasibnya jauh lebih buruk dibanding kita.
Kemerdekaan fisik mungkin
sudah kita raih. Tetapi, apakah kita sudah meraih kemerdekaan bertindak untuk
menentukan sendiri sistem politik kita ? Apakah kita sudah meraih kemerdekaan
bertindak untuk menentukan sendiri sistem budaya kita ? Apakah kita sudah
meraih kemerdekaan dari belenggu ketakutan, dari belenggu ketidakberdayaan, dan
dari belenggu kemiskinan?
Sebenarnya bangsa
Indonesia sudah 68 tahun merdeka, tetapi kalau dilihat dari tingkah laku
masyarakatnya sendiri, sebenarnya kita tidak mau merdeka. Misalnya, pemerintah
sendiri sudah memberikan berbagai fasilitas yang memudahkan masyarakat, tetapi
banyak diantaranya yang tidak mempergunakannya dengan baik, malah di rusak.
Sumber Daya Alam yang dimiliki Indonesia sangat melimpah, tetapi apakah kita
sudah mengolahnya seefisien mungkin?
Sebagai generasi muda,
kita mempunyai tugas yang harus kita emban dengan penuh tanggung jawab dan
kesadaran sebagai generasi penerus bangsa. Kitalah calon pemimpin di masa
depan. Kita juga harus menghargai perjuangan para pahlawan bangsa yang telah
gugur di medan perang demi mencapai arti kata merdeka agar kita dapat mengambil
pelajaran didalamnya, sehingga kita dapat membangun bersama menuju Indonesia
yang damai dan sejahtera
Merdeka
Merdeka Merdeka !!!
Source: http://hilmygz.blogspot.com/